Menurut laporan media asing, pesawat ruang angkasa dianggap sebagai pesawat terbang yang dapat lepas landas dari bandara biasa, dan dengan mudah masuk ke orbit. Amerika sebelumnya pernah mengembangkan pesawat ruang angkasa, karena alasan teknis, pesawat ruang angkasa belum dapat direalisasikan, kesulitan terbesarnya terletak pada sistem tenaga penggerak.
Pesawat ruang angkasa harus menerobos atmosfer dan masuk ke orbit. Oleh karena itu, membutuhkan airbreathing jet engine dan mesin roket, sementara tenaga hybrid adalah kendala teknologi pesawat ruang angkasa yang belum dapat direalisasikan.
Air Force Research Laboratory saat ini sedang mengembangkan mesin roket bernapas sinergis (Sabre) untuk pesawat ruang angkasa, dan kemungkinan akan bekerja sama dengan perusahaan Inggris, untuk memberikan tenaga dorong bagi pesawat ruang angkasa masa depan.
Perusahaan Inggris juga sedang mengembangkan pesawat ruang angkasa dan mesinnya, yaitu mesin roket bernapas sinergis (SABRE), yang dapat lepas landas seperti pesawat pada umumnya dari bandara, kemudian mempercepat dengan kecepatan supersonik melalui tenaga dorong gabungan, hingga akhirnya mencapai kecepatan memasuki orbit, dan menjalankan berbagai misinya.
Karakteristik mesin roket bernapas sinergis SABRE berukuran kecil, tenaga dorong yang mumpuni, dapat dipercepat hingga kecepatan supersonik dalam waktu singkat, adalah mesin scramjet yang mendukung pembakaran supersonik dan tidak akan padam. Sehingga mesin seperti ini memiliki keunggulan teknologi yang lebih kuat daripada mesin tradisional, mendukung sistem pembakaran di dalam atmosfer, tanpa menggunakan mesin roket yang mengkonsumsi sejumlah besar propelan.
Selain Amerika Serikat, Eropa juga memiliki proyek pesawat luar angkasa sendiri, seperti prototype pesawat ruang angkasa Skylon dari European Space Agency. Pesawat ini dilengkapi dengan dua mesin roket bernapas sinergis SABRE, dengan kemampuan penerbangan hipersonik, dan dapat dengan mudah menambah kecepatan hingga lebih dari lima kali kecepatan suara.
Pesawat ruang Skylon akan mengaktifkan mesin roket saat akan masuk ke luar angkasa pada ketinggian lebih dari 100 km, di saat demikian kecepatan pesawat akan bertambah untuk memenuhi persyaratan memasuki orbit.
Proses pengembangan mesin roket bernapas sinergis SABRE mendapat dukungan dari Laboratorium Penelitian Angkatan Udara Amerika, yang juga memiliki program R & D sendiri, seperti penggunaan teknologi pertukaran panas yang baru untuk meningkatkan kemampuan mesin terhadap regangan suhu.
Pesawat dengan mesin SABRE yang mendukung pembakaran hidrogen dan oksigen, adalah mesin airbreathing, untuk memenuhi syarat penerbangan pada ketinggian 26 km dengan kecepatan Mach 5, saat bahan bakar hidrogen cair diaktifkan, mesin akan masuk ke modus orbit, dan dapat mempercepat masuk ke orbit.
Ditilik dari sudut pandang tertentu, pesawat dengan mesin seperti ini merupakan pesawat terbang satu tahap masuk ke orbit, panjang pesawat konseptual 84 meter, dengan bobot lepas landas mencapai 300 ton. Jenis ini sebanding dengan sebuah pesawat komersial jumbo, sistem pendingin yang digunakan juga lebih canggih dan dapat mendinginkan suhu 1.000 derajat Celcius hingga minus 150 derajat Celcius. Teknologi ini sangat membantu pada bodi dan mesin pesawat yang overheating, karena bisa dengan cepat menurunkan suhu.
Peneliti di Farnborough International Airshow mengungkapkan bahwa program pesawat ruang angkasa saat ini telah menyelesaikan lebih dari 700 proyek percobaan. Kini yang sedang dikembangkan oleh para insinyur adalah sistem pendingin mesin, jika berhasil mengembangkan pesawat ruang angkasa, maka perlintasan jalur Atlantik dipastikan akan sangat menarik.
Tapi sebagai proyek pertahanan, badan antariksa AS tidak akan mengungkapkan terlalu detail terkait pesawat ruang angkasa, karena memertimbangkan proyek pesawat ruang angkasa dari Badan Antariksa Eropa tidak hanya merupakan bagian dari Eropa, tetapi Amerika juga terlibat pada proyek ini.
No comments:
Post a Comment