Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan variatif dengan kecenderungan menguat pada perdagangan saham hari ini. Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi memperkirakan IHSG bergerak di support 5.350 dan resistance 5.455.
IHSG mencoba naik setelah mengalami pelemahan cukup dalam pada perdagangan Senin lalu (29/8/2016). Pada perdagangan saham kemarin IHSG melemah 68,07 poin atau 1,25 persen ke level 5.370,76. IHSG tertekan lantaran investor asing melakukan aksi jual bersih yang tercatat Rp 151,4 miliar.
"Efek yang cukup signifikan dari hasil pidato The Fed yang mengarah pada kenaikan suku bunga bulan September menjadi faktor utama penekan IHSG," kata dia di Jakarta, Selasa (30/8/2016).
Sementara Bursa Asia ditutup variatif. Penguatan pada Bursa Asia dipimpin oleh Bursa Jepang. "Nilai tukar yen melemah hampir 1 persen seiring pemerintah Jepang kembali melonggarkan stimulusnya menjadi salah satu faktor penguatan bursa selain itu faktor naiknya saham perusahaan kendaraan yang melonjak hampir 4 persen ikut berpengaruh cukup signifikan," jelas dia.
Senada, PT Sinarmas Sekuritas memperkirakan IHSG variatif. Laju IHSG dipengaruhi oleh data ekonomi yang dirilis Amerika Serikat (AS). "Dari AS akan merilis data consumer confidence index yang diprediksi turun menjadi 97.0 dari sebelumnya 97.3," tulis Sinarmas Sekuritas.
Sinarmas Sekuritas memperkirakan IHSG bergerak di support 5.337 dan resistance 5.415. Adapun rekomendasi saham hari ini antara lain PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Untuk diketahui, Pada penutupan perdagangan saham, Senin (29/8/2016), IHSG melemah 68,06 poin atau 1,25 persen ke level 5.370,76. Indeks saham LQ45 susut 1,45 persen ke level 923,98. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Ada sebanyak 248 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 87 saham menghijau dan 71 saham diam di tempat. Pada perdagangan saham awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.426,21 dan terendah 5.348,05.
Secara sektoral, 10 sektor saham kompak melemah. Sektor saham aneka industri melemah 2,94 persen, dan membukukan penurunan terbesar pada Senin pekan ini. Disusul sektor saham perkebunan melemah 2,11 persen, dan sektor saham konstruksi melemah 2,01 persen.
baca juga yang ini Harga Minyak Anjlok Dipicu Stok Melimpah dan Dolar Perkasa
Harga minyak turun lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) di tengah kekhawatiran baru tentang melimpahnya stok minyak, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan prediksi bahwa pemberontak Nigeria akan berhenti menghambat produksi minyak mentah negara itu.
Dilansir dari Reuters, Selasa (30/8/2016), harga minyak mentah jenis Brent turun US$ 66 sen atau 1,3 persen menjadi US$ 49,26 per barel. Begitu pula harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) berakhir turun US$ 66 sen atau 1,4 persen menjadi US$ 46,98 per barel.
Stok minyak mentah AS kemungkinan naik untuk minggu kedua berturut-turut pekan lalu sebanyak 1,3 juta barel, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan. Sementara Irak mengekspor lebih banyak minyak mentah.
Kekhawatiran melimpahnya stok minyak diimbangi berita bahwa operator minyak dan gas di Teluk Meksiko telah menutup produksi minyak sebesar 168.334 barel per hari dan gas 190 juta kaki kubik per hari sebagai langkah antisipasi menghadapi badai tropis. Penutupan itu mewakili 11,5 persen dari produksi minyak dan 5,5 persen dari produksi gas AS.
Nilai tukar dolar AS menguat usai Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen nemberi sinyal akan segera menaikkan suku bunga acuan. Dolar yang lebih kuat membuat komoditas yang dijual dalam mata uang dolar AS menjadi kurang terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga minyak terus menguat sejak awal Agustuss hingga pertengahan pekan lalu karena Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemungkinan akan menyetujui kesepakatan pembatasan produksi dengan produsen minyak non OPEC dalam pertemuan di Aljazair pada 26-28 September 2016.
Sementara beberapa analis percaya OPEC akan memangkas produksinya, sedang sejumlah analis lainnya bertaruh OPEC akan mencoba untuk membendung aksi jual dengan lebih berbicara tentang pembatasan produksi.
Harga minyak sudah mulai pulih tahun ini meski masih diperdagangkan kurang dari setengah dari puncak pertengahan 2014, saat harga minyak berada di atas US$ 100. Pejabat senior di Shell dan ConocoPhillips (COP.N) memprediksi kelebihan pasokan minyak bisa meluas ke 2017.
No comments:
Post a Comment