London - Bank of England (BoE), pada Kamis (15/9) mempertahankan suku bunga acuan pada rekor terendah 0,25%, karena belum ada indikasi hasil referendum Brexit berdampak buruk terhadap perekonomian.
Usai rapat kebijakan moneter rutin di markasnya, London, BoE memperkirakan laju perlambatan produk domestik bruto (PDB) Inggris pada paruh kedua 2016 lebih kecil dari perkiraan. Sebab data-data ekonomi lebih baik dari perkiraan pascareferendum 23 Juni 2016, yang menunjukkan Inggris akan meninggalkan Uni Eropa (UE).
Hasil referendum tersebut menimbulkan pertanyaan di kalangan analis tentang mengapa BoE bulan lalu memangkas suku bunga acuan dari level 0,50%. Gubernur BoE Mark Carney pekan lalu membela keputusan tersebut, dengan dalih atas tindakan tersebut perekonomian terbantu pascareferendum Brexit.
Risalah hasil pertemuan kebijakan terbaru menekankan bahwa bank sentral masih bisa memangkas lagi suku bunga sebelum akhir tahun menjadi sedikit di atas nol persen.
“Yang menarik adalah meski data-data melebihi perkiraan, sebagian besar anggota BoE masih berpikir akan memangkas lagi suku bunga tahun ini,” ujar Neil Wilson, analis pasar dari ETX Capital.
Konsensus di kalangan analis adalah BoE akan memangkas suku bunga acuan menjadi 0,10% pada November 2016, setelah Carney belum lama ini mengingatkan bahwa Inggris masih berisiko jatuh ke dalam resesi terkait Brexit. Namun peluang tersebut telah mengecil dalam beberapa pekan terakhir.
BoE menambahkan pada Kamis bahwa pihaknya pada pertemuan September juga memutuskan untuk tidak menaikkan jumlah kucuran stimulus tunai ke perekonomian Inggris.
Di samping pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada Agustus, BoE setuju untuk mengaktifkan lagi skema pembelian obligasi quantitative easing (QE). Program ini dinaikkan sebesar 60 miliar poundsterling atau setara US$ 79 miliar menjadi 435 miliar poundsterling. Penaikan tersebut adalah yang pertama sejak 2012.
Adapun pemangkasan menunjukkan perubahan kebijakan pertama BoE terhadap suku bunga acuan sejak awal 2009 atau pada masa puncak krisis finansial global.
Para pialang di pasar finansial dunia memfokuskan perhatiannya pada pertemuan bank-bank sentral. Mereka berharap keputusannya akan menghilangkan sebagian ketidakpastian mengenai kebijakan moneter di negara-negara ekonomi terdepan.
“Serangkaian pernyataan kontradiktif dari para pejabat tinggi The Federal Reserve membuat pasar kebingungan apa yang akan dilakukan bank sentral AS tersebut pada pertemuan kebijakan moneter pekan depan. Tapi bias BoE terhadap pemangkasan suku bunga lebih lanjut sudah terang benderang,” kata Russ Mould, direktur investasi AJ Bell.
Data resmi pada Kamis menunjukkan, penjualan ritel di Inggris turun 0,2% pada Agustus dari Juli. Tidak ada indikasi riil bahwa hasil referendum Brexit memukul belanja konsumen.
Para analis sebelumnya memperkirakan penurunan bulanan 0,7%. Rilis data ini keluar sehari setelah laporan ketenagakerjaan solid dan data manufaktur sejak Juni 2016 melebihi perkiraan.
“Data ritel terbaru membuktikan lagi bahwa Inggris berhasil menangkis dampak jangka pendek Brexit dengan sangat baik,” ujar James Knightley, ekonom ING.
No comments:
Post a Comment